Minggu, 19 Desember 2021

KETIKA WANITA BERKEBAYA DAN BERSEPEDA, MENYAMBUT HARI IBU

" Dok.-Ngoper Pedal "
 Kebaya telah menjadi salah satu pakaian atau busana Nasional bangsa Indonesia. Kebaya yang dianggap ideal dan cocok untuk mewakili karakter wanita Indonesia, dengan keanggunannya. Selain memiliki fungsi estetis, kebaya juga memiliki fungsi sosial, sebagai bahan pembelajaran untuk wanita agar senantiasa berbusana dengan rapi, pantas dan menjaga kehormatan dirinya.

Namun menjadi hal berbeda dan sangat unik, ketika kebaya dipakai oleh beberapa wanita untuk kegiatan gowes atau bersepeda.

Pagi tadi kurang lebih seratus lima puluhan wanita di Kota Depok telah bersepeda dengan menggunakan kebaya. 

" Dok.-Ngoper Pedal "
Dengan tema " Perempuan Peduli Lingkungan " yang sekaligus untuk menyambut Hari Ibu, komunnitas Federalista Nusantara ( Fenus) dan Velo Girls Indonesia menyelenggarakan acara gowes bareng.

Acara gowes bareng yang dimulai dari Kopi Nako dikawasan Margonda, mengambil route ke tempat tempat bersejerah disekitar Kota Depok, diantaranya Makam Kamboja, Jembatan Panus Lama, Rumah Presiden Depok, Tugu Cornelis dan berakhir di Komunitas Ciliwung Depok.


" Gowes bareng yang dalam rangka menyambut Hari Ibu 22 Desember,  sengaja melintas di beberapa titik tempat bersejerah yang berada disekitar Kota Depok " ujar Ria dal
am sambutannya.

" Dengan  mengambil tema " Perempuan Peduli Lingkungan ", diharapkan para pecinta sepeda tidak sekedar hanya bersepeda keliling kota, namun juga peduli akan lingkungan." imbuh Ria.

" Dok.-Ngoper Pedal "
Depok sendiri memiliki tempat tempat yang bersejerah, salah satunya Rumah Presiden Depok, yang menjadi tempat transit. Sekaligus kesempatan para peserta gowes untuk mengabadikan gambarnya atau berswa foto.

Selain Rumah  Presiden Depok, salah satu yang menjadi tujuan adalah Tugu Cornelis, yang berada dikawasan Depok Lama.

Beberapa peserta mengaku sangat gembira bisa berpartisipasi dalam kegiatan gowes berkebaya. seperti diungkapkan Shinta Wdiya dan Yuni . " Gowes pakai kebaya ternyata asik juga, walaupun sedikit agak kurang nyaman. " 

Dalam sambutannya, Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia ( FORMI ) Kota Depok, Sidik Mulyono, mengatakan ," Saya bersyukur dan sangat senang, karena biasanya olah raga bersepeda menggunakan seragam sepeda, namun kali ini lain dari pada yang lain, berkebaya,"

" Dok.-Ngoper Pedal "
Antusias para peserta terlihat sejak awal keberangkatan di lokasi start dan sepanjang perjalanan menuju ke beberapa lokasi. Semakin meriah dan seru saat berada di tempat kumpul terakhir di Komunitas Ciliwung Depok, tempat finish yang sekaligus dijadikan tempat acara berlangsung. 

Komunitas Ciliwung Depok adalah komunitas yang digagas oleh para relawan yang perduli akan kelestarian alam khususnya disekitar sungai Ciliwung, berbagai kegiatan diantaranya adalad edukasi tentang lingkungan yang menjadi konsen Komunitas Ciliwung Depok. Berada di bawah jembatan Grand Depok City.



Kemeriahan acara gowes semakin lengkap dengan adanya doorprize dari beberapa sponsor kegiatan dan juga permainan games yang dipandu oleh MC Panitya.

 

Selasa, 07 Desember 2021

ANAK BIKE ADVENTURE MENSPONSORI NGOPER PEDAL GOWES KE BROMO

Tidak banyak sebuah komunitas Sepeda yang mendapat sponsor langsung dari sebuah perusahaan atau lainnya. Namun kali ini sesuatu yang sangat berbeda, Ngoper Pedal sebagai sebuah komunitas sepeda yang biasa bermain di XC Road  atau blusukan mendapat sponsor  dari Anak Bike Adventure.

" Dok.-Ngoper Pedal "

Anak Bike Adventure sendiri perusahaan  bergerak dibidang Event Organizer Petualangan. Menyediakan jasa EO untuk acara out bound, dengan specialis sepeda dan camping di pegunungan.

Bagi Ngoper Pedal sendiri, mendapat support dari Anak Bike Adventure adalah suatu kesempatan berharga. Maka tidaklah berlebihan, Imam selaku founder Ngoper Pedal, mengajak rekan rekannya sesama goweser yang berada di Komunitas Ngoper Pedal langsung mengeksekusi kesempatan berharga itu.

Anak Bike Adventure sendiri, tentunya punya alasan yang kuat, kenapa bersedia mensponsori kegiatan gowes Ngoper Pedal.

Apa alasan Anak Bike Adventure mensponsori kegiatan Ngoper Pedal ?

Sandy Cimot, dari Anak Bike Adventure, mengatakan kepada penulis, " Kegiatan gowes Ngoper Pedal layak kami sponsori, karena dalam setahun ini Ngoper Pedal mempunyai kegiatan yang sangat terencana dan rutin, serta sama dengan basic Anak Bike Adventure."

"  Selain itu Ngoper Pedal, sangat instens di media sosial, facebook, instgram, bahkan terpantau saat dipanggil dengan kata kunci " Ngoper Pedal ", akan muncul deretan kegiatan Ngoper Pedal,  bahkan kegiatan Ngoper Peal di tahun 2022 sudah tersusun sejak bulan Nopember " ungkap Sandy Cimot dari Anak Bike Adventure.

Tutup tahun akhir 2021, dengan tema " GOES TO BROMO " dijadikan gowes terakhir Ngoper Pedal.

" Dok.-Ngoper Pedal "

Tanggal 2 - 5 Desember 2021, adalah tanggal yang dipilih untuk kegiatan gowes bareng ke Bromo. Pemilihan tanggal yang sangat tepat dan terplaning dengan baik, tentunya sangat penting, mengingat Desember adalah akhir tahun,banyak kegiatan kantor juga full. Selain itu acara keluarga pada akhir tahun jelas akan dinomor satukan.

Walhasil dengan kegiatan yang diadakan pada awal bulan, target peserta sejumlah 25 orang bisa terpenuhi.Bahkan melebih target, yaitu 28 orang peserta.

Derngan menggunakan Bus Wisata dari perusahaan jasa Transport ternama, berangkat dari kawasan Ciganjur menuju kawasan wisata Bromo.

Beberapa goweser yang ditemui penulis  mengatakan sambil berkelakar." Gowes ke Bromo ini memang juga menjadi cita cita sejak lama."

Ada cerita bahwa, goweser yang sudah pernah gowes ke Bromo, berarti telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Pasalnya tidak semua orang mempunyai kesempatan untuk bisa gowes ke Bromo, mengingat waktu kadang cuaca yang tidak tentu, dan terlebih adalah  biaya yang tidak sedikit.

" Dok.-Ngoper Pedal "

Dua hari di Kawasan Wisata Bromo Malang, Ngoper Pedal melakukan kegiatan nggowes di dua lokasi.

Lokasi pertama yang dipilih di hari pertama adalah lokasi kawasan hutan cemara di daerah Poncokusumo, yaitu lokasi Wisata Ledok Amprong, dan Banyu Maro. Dengan durasi gowes yang hanya 10 Km, dijadikan pemanasan sebelum esok paginya gowes ke Kawasan Wisara Bromo. Gowes pemanasan di lokasi hutan cemara Ledok Amprong dan Banyu Maro sudah cukup lumayan, karena vartiasi jalan yang naik turun dan makdam serta tanah, ditambah memasuki are persawahan, cukup mewakili karakter Komunitas Ngoper Pedal.

Hari kedua adalah hari yang ditunggu tunggu, berangkat dari Home Stay di Wringinanom, kurang lebih jam 04.00, dengan target dapat menikmati sunrise dari wilayah Jemplang.

Namun rupanya belum terkabulkan, karena pagi itu cuaca mendung dan kabut.

" Dok.- Ngoper Pedal "

Bukan suatu halangan yang sangat berarti dengan tidak menemukannya sunrise, para gowser Ngoper Pedal, tetap bersemangat untuk gowes. Setelah melakukan pemanasan ringan, kurag lebih 25 orang yang ikut goweser, langsung tancap gas menuju wilayah Jemplang. Memasuki kawasanhutan di seputar gunung Bromo menuju daerah Widodaren, Pasir Berbisik Padang Pasir Bromo, dan Padang Savana Teletubbies.

Rupanya cuaca hari itu sepanjang pagi hingga sore mendung berkabut dan sesekali gerimis, sehingga memaksa kegiatan gowes bareng berhenti tidak 100% full sesuai rencana.

Bunda Sari, goweser asal Serpong mengaku puas walaupun belum full," Pokoknya sudah puas bia gowes sampai ke Padang Savana Teletubbis dan Pasir berbisik.

Senada dengan Bunda Sari, adalah Efrina dan kawan kawan dari Crank Ladies Ciamnggis., " Bromo keren..tempat assik buat gowees, gue besok akan sini lagi lewat jaliur yang berbeda."

Secara umum para goweser yang hadir ikut gowes dalam kegiatan akhir tahun Komunitas Ngoper Pedal, merasa puas dan gembira bisa gowes ke kawasan Wisata Gunung Bromo, Jawa Timur.

" Dok.-Ngoper Pedal "

Menurut Imam, selaku koordinator dan founder Ngoper Pedal mengungkapan, " Acara ini cukup menyenangkan dan menggembirakan buat kawan kawan semua,bahkan beberapa sudah meminta untuk diulang di musim kemarau. Dan perlu juga disyukuri, saat acara dihentikan pada jam 15.10, satu jam kemudian tersiar kabar, bahwa Gunung Semeru erupsi, tidak bisa dibayangkan apabila kita masih gowes dikawasan gunung Bromo dan ada sesuatu yang tidak kita inginkan."

Kepada penulis, Imam berpesan, " Jangan pernah bosen gowes bersama Ngoper Pedal, Ngoper Pedal dengan motto" Gowes Bareng..Asik Bareng..dan Hepi Bareng.."

" Nantikan jadwal gowes ditahun 2022 bersama Ngoper Pedal "Imam founder Ngoper Pedal.






Senin, 08 November 2021

AKHIR DARI SEBUAH PERJALANAN GOWES KE TUMPENG MENOREH

 Tulisan ini adalah akhir dari sebuah cerita perjalanan gowes bersama Mapstrack ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, Kab, Magelang, Jawa Tengah.

" Kota Magelang "

Seandainya cerita ini dibuat rinci, berpuluh bagian pun tak akan ada habisnya, cerita suka dan duka dimulai dari keberangkatan dan kepulangan telah menjadi sebuah cerita yang panjang.

Hari ketiga, Minggu 31 Oktober 2021, adalah hari yang sangat menggembirakan buat kawan kawan yang tergabung di acara gowes bareng Mapstrack. Setelah sehari sebelumnya berjibaku dengan tanjakan dan turunan, kini bisa tertawa riang dan bercanda lepas. Acara bebas dimanfaatkan oleh para goweser untuk berwisata disekitar kota Magelang.

Beberapa menyempatkan gowes ringan berputar kota, sambil menikmati kuliner pagi kota Magelang, seperti Gudeg, Kupat Tahu dan yang tak kalah enaknya adalah Sop Senerek.  

" Magelang adalah kota yang indah, bersih dan nyaman untuk dikunjungi, dengan beragam kuliner yang ada, " papar Ai salah satu peserta yang diungkapkan pada penulis.

" Patung Pahlawan Diponegoro "

Taman kota, alun alun yang memang tampak bersih dengan keunikan tower air peninggalan Belanda, juga tak luput menjadi ajang berswa foto, termasuk juga patung pahlawan Diponegoro yang berada disisi timur alun alun kota Magelang.

Penulis sendiri bersama Om Fauzan, menyempatkan diri ke lokasi wisata Nepal Van Java yang berada di barat kota Magelang, tepatnya di desa Butuh, Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang. Desa terakhir yang juga menjadi pos pendakian ke gunung Sumbing. Keindahan panorama pegunungan dengan rumah warga yang dicat warna warni dengan posisi berundak, telah menjadi obyek wisata yang sangat menarik.

Kuliner dan makanan khas kota Magelang memang selalu menjadi buah tangan para wisatawan lokal, sebut saja Getuk Trio, makanan asli Magelang, yang menjadikan sebutan Magelang ada Kota Getuk.

Makanan dibuat dan diolah dari bahan bahan baku adalah singkong, diolah sedemikian rupa dengan berbagai macam rasa. Selain itu yang tak kalah dan menjadi legenda, adalah Wajik Nyah Week.

Makanan olah dari beras ketan ini menjadi oleh oleh yang wajib bagi pengunjung kota Magelang. Tak lengkap rasanya kalo tidak membawa oleh oleh yang khas dari kota Magelang.

Salah satu target dari Mapstrack adalah mengenalkan kuliner yang ada dikota Magelang. Tak salah, Kris"ONE" yang putra daerah, mengajak rekan rekannya gowes ke Magelang.

Magelang telah menjadi cerita tersendiri buat goweser yang hadir di acara ini, 

Waktu yang singkat tentunya akan membuat rasa penasaran, untuk datang kembali ke Tumpeng Menoreh, termasuk penulis sendiri yang berencana akan gowes dibulan Februari 2022.

Sesuai jadwal, para peserta gowes, harus bersiap kembali ke Jakarta jam satu siang, setelah berwisata disekitat kota, harus segera berkumpul. Tepat jam dua, bus dan seluruh peserta sudah berkumpul dan buspun melaju perlahan meninggalkan kota Magelang.


Dalam perjalanan menuju ke Jakarta, ternyata masih menyisakan kegembiraan para goweser, gelak tawa dan canda terus berlanjut.

Om Ajie, yang juga salah satu senior, membuka acara dalam bus, ringan dan tidak protokoler, meminta kawan kawan yang baru bergabung dengan Mapstrack untuk menceritakan pengalaman gowes bareng bersama Mapstrack.

Banyak cerita diungkapkan oleh kawan kawan saat mulai kenal Mapstrack dan bisa gowes bareng bersama Mapstrack. Seperti cerita Miftah yang seru, lucu dan menegangkan. 

" Miftah peserta cewek bersama tiga rekan yang lain, ikut salah satu rombongan yang kebetulan dari Bandung akan menuju ke Yogya. Arah berbeda, memaksa Miftah dan yang lain diturunkan ditengah jalan. Mereka yang jelas salah arah dan jauh dari tujuan, terpaksa menyetop mobil pick, dan lucunya mobil pick up yang ditumpangi ternyata adalah mobil matrial yang penuh debu semen, mereka terpaksa turun lagi karena mobil kembali ke toko. Terpaksa mencari tumpangan lain, dan menemukan tumpangan, kembali dibuat sedih, sang sopir rupanya malah santai dan ngopi disebuah warung. Miftah dan kawan kawan kembali bersabar duduk di atas pick up. Bersyukur akhirnya bisa kembali bergabung dengan temen temen menuju ke arah kota Magelang ". Sepenggal cerita Miftah yang diceritakan didalam perjalanan pulang.

Bermacam macam cerita diceritakan kawan kawan sepanjang perjalanan menuju Jakarta.

Yang tak kalah heboh dan membuat seluruh goweser yang berada didalam bus tertawa ngakak, terbahaak bahak bahkan membuat terkencing kencing, adalah cerita Nay, yang biasa disapa Mama Nay.

Gelak tawa terbahak bahak itu tiba tiba  muncul dari bus bagian depan, om Aji dan Mama Nay tertawa terpingkal pingkal, sontak membuat goweser yang duduk ditengah dan belakang, bertanya tanya, dan ikut penasaran. 

" Om Coki makan sabun...sabun dikira keju, dimakan sama Om Coki...." ungkap Mama Nay sambil terpingkal pingkal.

Mendengar cerita Mama Nay, kembali satu bus tertawa semua dan terpingkal pingkal.

" Kolbak yang menjadi favorit "
Banyak cerita lucu, baik suka dan duka selama tiga hari sejak perjalanan sampai pulang. seperti saat keberangkatan. Andryani, yang akrab disapa Mpok Yani, saat keberangkatan, sempat terkunci dalam toilet bus. 

Bahkan penulispun mengalami hal yang sama, mungkin lebih memalukan, karena baru pertama kali memakai seli ( sepeda lipat ). Penulis hampir lima belas menit, bolak balik belum bisa membuka lipatan sepeda. Setelah sepeda terbuka, dan mencoba naik, lupa memasang pen kunci stang, dan hampir jatuh karena stang belum terkunci.

Cerita soal bersepeda ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, boleh habis, namun cerita gowes bareng bersama Mapstrack tak akan ada habisnya, Setelah dari Tumpeng Menoreh, Mapstrack akan mengadakan acara yang lebih seru dan menarik.

" Nantikan saja informasi gowes bareng bersama Mapstrack selanjutnya, dan terima kasih atas kesempatan kawan kawan bisa hadir dan bergabung bersama Mapstrack," ucap Kris"ONE" saat menutup acara didalam Bus.

Penulis juga mengucapkan terima kasih buat Om Bowo " WOX" yang telah mengenalkan Mapstrack, sehingga bisa bergabung bersama Mapstrack di acara gowes ini.

" Penulis berada di Nepal Van Java "
Penulis percaya, kawan kawan yang telah bergabung, pasti akan ketagihan dan ingin terus bergabung bersama Mapstrack di acara acara berikutnya.

Jalur jalur yang asik dan menyenangkan walaupun dituntun, didorong dorong, bahkan digotong sepedanya, tapi tetap mengasikan. Mapstrack sendiri, memang hampir 95 % adalah pengguna seli ( sepeda lipat ), namun Mapstrack tidak pernah melarang dan membatasi jenis sepeda lain untuk bergabung. 

Penulis yang awalnya mania sepeda gunung jenis HT, rupanya merasakan asiknya bersepeda seli, bahkan juga menikmati sensasi gowes menggunakan seli.

Namun tetap pada prinsipnya SEPEDA itu BIKE, apapun jenisnya selama cocok dan bisa bersepeda dengan siapapun, kenapa tidak. 

Akhir cerita gowes ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, penulis mengucapkan terima kasih kepada seuanya, yang telah menerima dan menjadi sahahabat gowes. 

Dengan gowes kita akan menemukan sejuta sahabat. ( Selesai )



Minggu, 07 November 2021

CERITA AKHIR GOWES KE TUMPENG MENOREH DAN SUROLOYO

Soal gowes sebenarnya tidak akan pernah berakhir, tapi tulisan kali ini adalah cerita akhir dari perjalanan gowes ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kontur pegunungan yang jelas naik dan turun, maka setiap ada tanjakan, akan ditemukan turunan, bisa dikatakan itu adalah hukum alam, ada naik ada turun.


Senyum dan tawa riang, serta canda rasa bahagia saat mencapai Tumpeng Menoreh, bukanlah akhir sebuah perjalanan. Jalan kembali pulang tentunya juga hampir atau bahkan sama seperti saat berangkat.

Kris"ONE" tidak serta merta saja membuat jalur atau route, jalur yang asik dan indah pun juga disiapkan. Peserta gowes Mapstrack selesai dari Tumpeng Menoreh, menuju ke Suroloyo, Puncak Suroloyo hanya berjarak kurang lebih 5-6 Km, yang tak kalah hebohnya, tanjakannya juga aduhai. 


Beberapa goweser yang sudah lelah terutama cewek, mulai berbisik bisik... " Kolbak...Kolbak..Kolbak aja Yukk."

Kolbak disini yang dimaksud adalah evakuasi menggunakan angkutan bak terbuka, karena umum dipakai jenis kendaraan bermerk Colt dan terbuka, maka acapkali orang menyebut dengan ucapan " KOLBAK ".

" Kolbak,evakuasi "

Kendaraan yang memang jarang melintas, terpaksa hatus dihubungi via telpon dan menjemput beberapa goweser yang sudah kelelahan.

" Gue pokonya udah sampae Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, entah gimana caranya, mau digowes kek, didorong..apa naik kolbak..yang penting bisa ke Tumpeng Menoreh



,"..kelakar Miftah sambil tertawa lepas.


Tak dipungkiri, perjalan berat melewat Desa Ngadiwongso dan Beteng, Ngadiretno, memaksa goweser harus tertatih tatih dan mendorong sepeda, tenaga terkuras habis.


Seremonial telah selesai dilaksanakan diatas Puncak Menoreh, Resto Tumpeng Menoreh milik Erick Sukamti, menjadi titik akhir perjalanan. Setelah berfoto ria, swa foto dan lain lain, serta makan siang, peserta kembali menuju ke bawah, arah Suroloyo.

Derita gowes hari itu belum berakhir, tanjakan tinggi dan panjang masih menghadang sepanjang 5-6 km menuju Suroloyo.

" Panorama dari sisi perbukitan "
Penulis bersama goweser lain, bahkan hampir bisa gowes kurang lebih 30% saja, 70% lebih banyak didorong.

Rupanya perjalanan menuju ke Suroloyo juga tak kalah menyajikan keindahan alamnya, jalan berada di tepi bukit dan jurang menganga, dengan panorama yang indah, awal perjalanan yang kabut dan mendung, saat sore justru cerah, goweser pun bisa menikmati panorama perkampungan dibawah dan hamparan sawah yang menghijau daerah Kalibawang.

Suroloyo yang menjadi tujuan kedua, adalah sebuah Bukit dengan Gardu Pandang yang berada di Puncaknya. Bagi yang ingin menikmati pemandangan bisa naik ke atas dengan anak tangga yang lumayan curam, namun sudah tertata dengan rapi dan ada pegangan tangan. 


Kenikmatan yang didapat, di Suroloyo, justru buka naik ke Gardu Pandang, namun goweser lebih memilih menikmati sajian Kopi Suroloyo, aroma kopi arabica Suroloyo yang terasa khas sekali, terasa nikmat saat diminum.

" Patung Punokawan di Suroloyo "

Di Suroloyo pun, para goweser tidak menyiakan kesempatan langkannya, berfoto ria di beberapa spot yang ada, salah satunya Patung Punokawan, yang menjadi ikon Suroloyo. Tentunya yang tidak bisa dilewatkan adalah ikon Kopi Suroloyo.

Setelah ditujuan kedua, Suroloyo yang sekaligus dijadikan grouping dan pitstop, goweser melanjutkan perjalanan pulang menuju Alun-alun Magelang.

Selepas Suroloyo, hanya ditemukan satu tanjakan saja, menuju Gunung Kendil, Disinilah tak kalah indahnya saat perjalanan mengarah pulang, panorama Borobudur dan sekitar bisa dilihat dari Gunung Kendil. Penulis sempat berswa foto disisi barat Gunung Kendil dengan menghadap ke bawah, menuju hamparan sawah dan perkampungan sekitar Borobudur.

Menjelang magrib, sebagian goweser yang masih dalam perjalanan, justru menemukan keberuntungan, sunset yang selalu menjadi idaman banyak orang untuk dinikmati, akhirnya dapat dinikmati oleh goweser yang pulang belakangan.

Merah merona matahari saat menjelang magrib, dan tenggelam diufuk barat, jelas terlihat dengan indag dari samping Gunung Kendil.

" Sunset dari atas Gunung Kendil "

" Ini yang gue tunggu tunggu akhirnya dapat juga...cari sunset itu nggak gampang apalagi diatas gunung..dari mendung sampai cerah...kita nggak tahu datangnya..." ucap Coki goweser yang berhasil menemukan sunset diatas Gunung Kendil.

Melihat hasil foto goweser dan cerita soal saat sunset di Gunung K

endil, beberapa kawan goweser sempat menyesal, termasuk penulis yang melintas di gunung Kendil menjelang Magrib. Penulis sengaja ingin segera kembali karena kebetulan tidak membawa perlengkapan gowes malam.

Dari Gunung Kendil, goweser akhirnya menerima bonus yang tak terhingga, jalan menurun tiada henti sampai menjelang masuk batas kota Magelang dan Kulon Progo. Batas kota yang ditandai dengan sebuah Patung Kapal Phinisi pun, menjadi ajang yang tak dilewatkan, berswa foto dan fotoriapun seolah olah menjadi wajib.

Malampun tiba,  dan menjadi sebuah keasikan tersendiri saat gowes malam, beberapa goweser melanjutkan perjalanan meliwati jalan raya dengan aspal halus sepanjang Desa Sriwedari menuju arah Boorobudur dan Mendut.

" Gong Besar di PIntu Masuk Menuju Bukit Tidar "
Jalan Utama Borobudur - Magelang menjadi lintasan terakhir menuju tempat finish di alun alun Kota Magelang.

Satu spot masih diituju oleh kawan kawan goweser, yaitu Bukit Tidar, sebuah bukit yang berada di Tengah Kota Magelang, dengan ikon GONG BESAR berada di Pintu masuk menuju ke puncak bukit Tidar.

Kira kira jam delapan malam, semua goweser telah menyelesaikan perjalanan dan finish di KOta Magelang, sebagian kembali ke hotel tempat menginap, sebagian lagi masih ingin bersepeda dan menikmati kuliner malam kota Magelang.(bersambung..)





Jumat, 05 November 2021

ROMBONGAN SELI NEKAD GOWES KE TUMPENG MENOREH

 

Melanjutkan cerita perjalanan ke Tumpeng Menoreh, bisa jadi cerita lanjutan. Banyak hal lucu dan konyol, selama perjalanan 3 hari 2 malam.

" Tanjakan Ekstrim Menoreh "

Penulis yang awalnya penasaran untuk bergabung dengan Mapstrack, akhirnya terpesona dan merasa telah menemukan tempat yang tepat. Dari segala usia dan profesi, seolah tidak ada jarak sama sekali, mengobrol bercanda dengan segala sesuatu yang awalnya tak terbayangkan.

Di Sabtu pagi yang cerah, goweser  Mapstrack sudah hadir di Alun-Alun Kota Magelang, hampir 200an goweser tampak bersiap-siap.

" Jalan Datar Kota Magelang "
Jalur yang disiapkan oleh Kris" ONE", diluar dugaan penulis, dimulai dari alun-alun ke arah barat, menyisir jalan pinggiran kota Magelang, lurus saja ke simpang Pakelan dan menuju ke Salaman. Ternyata arahnya mengarah ke Purworejo,  penulis membayangkan jalan Magelang – Purworejo itu pasti tanjakan yang panjang dan tipis.

Pemanasan ringan, pendakian ringan dimulai dari jembatan Kali Progo, Tempuran. Saya melihat beberapa goweser pemula sudah mulai terseok seok, sebelum Salaman, jalan berbelok ke Ngadiwongso.

" Tetap senyum walau lelah "

Penulis mulai menyadari bahwa jalur ini akan melewati sisi Barat Menoreh di kawasan Salaman yang terkenal dengan tanjakannya yang sadis dan tajam.

Di Ngadiwongso ini merupakan pitstop pertama, para goweser berkumpul, untuk grouping sekaligus sarapan pagi. Disinilah Mapstrack berperan dalam memperkenalkan masakan daerah,

Pistop pertama adalah warung makan Opor Ayam Bu Ning, rasa makanan dengan masakan ala kampung dan dimasak dengan kayu bakar , akan terasa sangat berbeda.

Kawan-kawan Goweser sepertinya sedang lahap makan opor ayam Bu Ning, seperti yang dikatakan oleh Miftah, salah satu peserta, "Ayamnya enak...empuk dan gurih, pokoknya makyusssssss..."

Setelah sarapan pagi, goweser akan melanjutkan perjalanan menuju Tumpeng Menoreh via Beteng.

" Papan petunjuk larangan "

 

"Kenapa Bu?" penulis bertanya kembali. Kata ibu penjual makanan itu menjelaskan panjang lebar. "Mas, jalannya tinggi banget, tanjakannya tinggi, sepeda motor malah tidak bisa naik, bahkan tidak boleh lewat."

“Alamak… ini gila yang cari rute, motornya saja tidak bisa lewat, gimana cara naiknya,” pikir penulis.

“Iya bu, tidak apa-apa kalau kita tidak bisa dorong saja nanti..” jawab penulis lagi.

Perjalanan dilanjutkan lagi, dengan berbelok ke kanan menuju Beteng.

Sebuah tanjakan ringan dan tipis mulai terasa ke arah Beteng. Jalan aspal yang mulus dan cuaca yang sedikit mendung membuat para goweser  tidak merasa lelah, tentunya setelah sarapan pagi mereka menjadi semangat kembali.

Setelah Ngadiwongso menuju Ngadiretno, bencana mulai muncul, tanjakan dengan kemiringan 20-30 mulai ditemukan. Goweser satu per satu mulai turun dari sepedanya, dan mengerang mendorong sepedanya. Senyum dan tawa mulai surut dan perlahan menghilang, digantikan oleh kutukan kesakitan dan kesedihan, serta candaan sebagai pelipur lara.

Om Wox yang hobby  main menanjak berkomentar, "Magelang jalan yang asyik dan bikin ketagihan,".

" Asyik dan aduhai  itulah bahasa goweser ketika menemukan tanjakan, pantang menyerah, semakin penasaran dan ingin mencoba lagi," imbuh Om Wox

Ternyata bencana goweser terjadi di desa Ngadiretno, di sini ditemukan jalan menanjak yang tinggi, panjangnya hampir 5-6 km, goweser  tertatih-tatih mendorong sepeda.

"Antri menuju tanjakan "

Kong Amin, salah satu goweser  yang biasa bermain tanjakan, bahkan mengaku tanjakan ke Menoreh sangat keras dan berat dibandingkan yang dirasakan selama ini di sekitar Bogor, Jawa Barat.

"Ini tanjakan gila.. susah naiknya, yang lain lewat, Babinsa, Rawa Gede, Sentul... tidak ada apa-apa," kata Kong Amin.

" Memanfaatkan jalan sepi "

Hampir semua goweser  turun dari sepedanya dan mendorong  di setiap tanjakan. Namun disinilah tampaknya kepuasan batin ditemukan, pemandangan indah di sekitar pegunungan Menoreh, dengan pepohonan hijau yang tinggi menjadi tempat yang cocok untuk berfoto selfie. Kesempatan langka saat mendaki diabadikan sebagai kenangan. Bahkan para goweser memanfaatkan jalan yang bersih sepi untuk beristirahat sambil rebahan di jalan. Hampir jarang dijumpai warga yang mengendarai sepeda motor melalui jalur ini, karena di titik-titik tertentu terdapat rambu larangan sepeda motor untuk melintas. Bahkan hanya 4 roda dengan gardan ganda yang boleh lewat.

“Ups.. kapan ini akan berakhir, ya, jalan ini sepertinya belum berakhir,” keluh Mama Nay.

Banyaknya tanjakan membuat para goweser merasa perjalanan tidak ada habisnya. Setiap kali saya bertemu orang dan mengajukan pertanyaan, jawabannya selalu mengatakan. "Sudah dekat untuk tiba lagi". Tapi kenyataannya tidak sampai.

" Jajanan pun laris sepanjang jalan "

Warga di sekitar desa Ngadiretno, juga tampak terkejut, melihat puluhan orang mengayuh sepeda melewati desanya, sesuatu yang jarang terjadi. Menurut informasi, baru pertama kali rombongan ini mengayuh sepeda melintasi kampung mereka.

Hal yang mengasyikan bagi warga Ngadiretno, para goweser sempat mampir dan jajan di warung setempat. Meski sempat mencicipi lotek (karedok) di desa Ngadiretno, lotek dikenal warga paling enak.

Kegembiraan goweser  Mapstrack, ternyata masih tampak meski dihadapkan dengan tanjakan yang menanjak tinggi. Ternyata Mapstrack sendiri, merupakan kumpulan goweser cycling (sepeda lipat) yang gila menanjak. Seperti yang dikatakan Kris"ONE" dan Wox, "Ini adalah jalan yang selalu kami cari". ( bersambung.)



 

Senin, 01 November 2021

GOWES ASIK DAN GOKIL BERSAMA MAPSTRACK KE TUMPENG MENOREH ( Bag.1 )

 Mendengar nama Tumpeng Menoreh di Magelang rasa penasaran bagi seorang goweser adalah hal yang lumrah. Jalur menuju puncak Menoreh yang tentunya naik tajam dan arah balik yang curam justru menjadi tantangan bagi para goweser.

" Lokasi Elarte Cafe Sport "

Sabtu, tanggal 30 Oktober 2021, Mapstrack, sebuah komunitas sepeda yang biasa mencari tempat tempat unik dan cenderung tanjakan, kembali mengadakan acara gowes bareng ke Puncak Menoreh.

" Puncak Tumpeng Menoreh " Dok. Ngoper Pedal. 

Puncak Menoreh yang berada di dua propinsi, Jawa Tengah dan Yogyakarta, menjadi tujuan dan kegiatan gowes bareng. Hampir 200an goweser dengan transportasi yang berbeda, berangkat dari Jakarta menuju kota Magelang. Beberapa penginapan telah dibooking satu bulan sebelumnya, diantaranya Hotel Sumber Waras, Red Doorz Sunan Bonang, Hotel Wisata Magelang, sebagai titik kumpul kegiatan.
" Start di alun alun Kota Magelang "

Di motori Kriswanto yang akrab dipanggil Om Kris"ONE", Bowo akrab disapa Om Wox, dan cewek yang juga paling greget disetipa kegiatan Mapstarck, Neng Ringkez.

Titik keberangkatan awal adalah Elarte Cafe Sport di bilangan Tebet. MT Haryono, Jakarta Selatan.

Penulis yang sudah lama mengenal Mapstrack, sebagai kumpuluan goweser yang hobby nanjak nanjak baru berkesempatan kali ini bergabung dengan Mapstrack. 

Mapstrack sendiri yang kepanjangan adalah Mang Ade Puncak  Seli Track, hampir mayoritas adalah pengguna sepeda lipat atau seli. Namun rupanya ada keunikan sendiri, di komunitas ini, sepeda seli yang umumnya dikenal sebagai city bike atau sepeda santai yang dipakai untuk jalan jalan di perkotaan atau jalan aspal, rupanya bagi goweser Mapstrack bukan halangan untuk dipakai gowes ke daerah pegunungan.

" Tanjakan ekstrim goweser harus dorong"

Tercatat dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, dua lokasi gowes pegunungan sudah disambangi, pegunungan Dieng dan Puncak Telomoyo. 

Selaku founder Mapstrack Kris"ONE" menyampaikan kepada penulis  ' Kegiatan rutin gowes Mapstrack ini selain mengenalkan destinasi wisata daerah juga mempromosikan kuliner yang ada di jalur jalur gowes yang unik dan beragam. '

" Sebutlah semisal Kupat Tahu Magelang, atau lotek di perkampungan  yang mempunyai rasa dan cara penyajian yang unik.. " Imbuh Kris"ONE"

Ini adalah hal yang sangat bagus dan positif, berolah raga sekaligus berwisata dan menikmati kuliner daerah. 

" Penulis bersama Kris"ONE"

Tumpeng Menoreh sendiri dipilih menjadi tujuan gowes bareng karena
juga mempunyai  keunikan tersendiri. 

Wisata kuliner yang berada diatas Puncak Bukit dengan pesona alam dan keindahan alam dapat ditemukan saat kita berada di atas Puncak Menoreh sambil menikmati sajian resto Tumpeng Menoreh. 

Kesya yang ditemui penulis mengaku senang bisa sampai ke Tumpeng Menoreh 

" Pemandangan dari atas Puncak keren banget. dengan kanan kiri gunung yang terlihat menghijau.. ' ucap Kesya 

Kegiatan gowes sekaligus wisata tentunya harus diapresiasi,  selain mempromosikan, langsung tidak langsung juga turut membangkitkan UMKM yang terpuruh saat pandemi Covid. 

Penulis sendiri yang baru pertama kali gabung kegiatan gowes bareng Mapstrack merasa senang dan salut kepada kawan kawan yang terlibat dalam kegiatan gowes ini. 

" Penulis saat Mendorong Sepeda "


Menyatukan beberapa orang dari usia yang berbeda dan profesi yang tidak sama, sangatlah sulit. Namun rupanya dengan bersepeda dan gowes bareng, sekat dan jarak itu hilang dengan sendirinya. Semakin terlihat saat menemukan tanjakan yang tinggi dan panjang. Para gowes ee mendorong sepeda bersama sama, tertawa bersama, dan tidak terlihat rasa sedih bahkan lelahpun seolah olah tidak dirasakan. ( Bersambung ke Bag. 2 ) 

Rabu, 27 Oktober 2021

GOWES AKHIR TAHUN MENUJU BROMO YANG EKSOTIS

 Bersepeda adalah suatu kegiatan olah raga yang sifatnya dinamis. Tentulah akan bosen manakala kita menuju satu track bersepeda yang hampir acapkali didatangi.

" foto diambil dari Google "

Tak berlebih maka para goweser cenderung selalu mencari tempat yang berbeda. Sepeda yang sudah dijadikan hobby untuk berolah raga oleh sebagian orang. Telah mengakar dalam jiwanya dan membentuk keinginan dalam hati, menjadi petualang dengan bersepeda.

Berbagai lokasi akan dituju walaupun ditempuh dengan bermacam cara. Semisal dikayuh atau digowes menuju tempat yang diinginkan. Pasti butuh kekuatan fisik dan dukungan financial, terlepas besar atau kecil. Para goweser mania, pasti paham akan kondisi itu dan akan mensiasati dengan berbagai cara.

" Foto diambil dari Google "

Tempat yang menjadi idola, akan dijadikan tujuan gowes paling akhir, dengan menyesuaikan kemampuan, dengan cara berlatih atau menyiapkan bekal salah satunya adalah financial, yang barangkali dilakukan dengan cara menabung.

Sebagai penutup kegiatan gowes akhir tahun, Ngoper Pedal berencana melangsungkan kegiatan gowes dengan tema " GOES TO BROMO AKHIR TAHUN ", gowes bareng yang akan diselenggarakan, selama 4 hari dari tanggal 2 sampai 5 Desember 2021, mengambil lokasi gowes di Pegunungan Bromo, Jawa Timur. 

Kenapa gowes ke Pegunungan Bromo ?

" Padang Savana yang luas "

Bromo adalah destinasi wisata yang sangat eksotis, dengan pemandangan alam yang bervariasi, dari lautan pasir yang unik, pada rumput Savana yang luas, dan beberapa gunung kecil disekelilingnya yang sangat indah dan mempesona. Variasi gowes sekaligus menunggu datangnya matahari terbit akan menjadi hiburan dan kepuasan bathin tersendiri. Udara yang dingin dan merasuk ke tulang makin menambah adrenalin para goweser. 

" Icon Bromo, lautan pasir yang luas "
Selain lautan pasir yang menghampar luas, tak kalah menariknya adalah padang rumput Savana, yang dikenal dengan sebutan Savana Klasik. Padang rumput yang luas dan saat kita berada ditengah tengahnya seolah olah sedang berada di Savana rumput di New Zealand.

Makin seru acara gowes yang dikemas secara variatif dengan dipadukan bermain ke sungai, setelah bermain di track padang Savana, Goweser akan diajak menikmati indahnya sungai di Banyumaro. 

Banyumaro Adventure yang menawarkan permainan tubing di sungai akan menamba semarak acara gowes bareng dengan tema " GOES TO BROMO AKHIR TAHUN 2021 ".

" Jernihnya sungai di Banyumaro "

Ngoper Pedal tentunya dalam mengadakan kegiatan gowes bareng tersebut sudah mempertimbangkan segala aspek. Salah satunya adalah kondisi pasca PPKM, dimana banyak tempat wisata ditutup. Informasi yang akurat tentu menjadi salah satu pertimbangan kenapa kegiatan diadakan pada awal Desember. Resiko penutupan tempat wisata menjelang peak seassion sangatlah tinggi.

Solusi dan alternatif terburuk, pasti akan disiapkan, seandainya diluar kemampuan dan memang menjadi keputusan pemerintah. Planing atau Opsi kedua akan dipergunakan, tetap acara gowes akan berlangsung, hanya menggeser track atau jalur gowes, namun masih berada di wilayah Pegunungan Bromo. Jadi kawan kawan goweser yang akan ikut gowes bareng tentunya tidak perlu kawatir.

" Serunya Bermain tubing "

Untuk kegiatan gowes bareng ini, Ngoper Pedal mematok biaya sebesar Rp. 1.750.000,-/orang. Biaya tersebut sudah meliputi akomodasi ; Transport PP Jakarta - Bromo ( Malang ), Homestay ( sharring ), Makan sebanyak 7 x selama di Bromo, Ticket Wisata, dokumentasi. 

Harga yang termasuk lumayan murah dengan durasi perjalanan 4D3N ( empat hari tiga malam ), dengan transportasi Bus wisata yang tidak diragukan lagi, juga menjadi salah satu faktur pendukung, suksesnya kegiatan.

Tak kalah pentingnya adalah guide atau marshall di lokasi wisata, dengan guide dan marshall berpengalaman di wilayah Pegunungan Bromo, akan makin menjadi pelengkap acara gowes bareng.

Penginapan yang idealnya juga menjadi sarana utama bagi para goweser, badan lelah sehabis gowes, perlu istirahat yang cukup. Homestay yang cukup bagus dengan lokasi yang strategis telah disiapkan dan menanti kedatangan para goweser.

" Suasana malam di penginapan "

"

" Kapan lagi kalo tidak sekarang, lengkapi cerita gowes anda dengan gowes ke Pegunungan Bromo "

Untuk yang berminat  dan bergabung dengan acara gowes bareng  Ngoper Pedal, silahkan bisa segera mendaftarkan di WA : 0813 1858 9757 ( Imam Ente )

" Gowes Hepii dan Assik, Nggak ada eloo..nggak assikk " selalu menjadi jargon Ngoper Pedal.

Kamis, 21 Oktober 2021

PUNGGUNG NAGA , TRACK VIRAL DI ATAS PUNCAK JAE, SUKAMAKMUR, KAB. BOGOR

"Dok.file- Ngoper Pedal "
 Istilah Punggung Naga, entah siapa yang mulai, tentunya sulit terjawab, mungkin beberapa orang akan mengklaim, bahwa dirinya lah yang memberikan nama punggung naga. Dilihat dari posisi perbukitan yang ada memang benar pegunungan yang menjulang itu mirip punggung naga.

Jereged, sebuah kampung di wilayah Sukamakmur, Kab, Bogor, Jawa Barat yang terletak kurang lebih 20an Km dari alun alun Jonggol, kini menjadi tujuan para goweser.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Sebuah Bukit menjulang, dengan nama Puncak Jae, menjadi monumental dikalangan goweser, track yang tergolong esktrim dengan tanjakan yang aduhai ( istilah para goweser ). 

Dimulai dari pertigaan jln Sukamakmur, tepatnya sebelah kantor desa Sukamakmur, kita akan menemukan jalan kampung beraspal yang langsung menanjak. Menapak terus menanjak sampai menjelang desa Jereged. Suguhan pemdangan sawah yang indah dan Puncak Pancasona.
Memasuki Desa Jereged suasana asri dan alami akan terasa sekali, ada dua pilihan perjalanan. Bisa lanjut ke atas menuju Puncak Jae ( Punggung Naga ) atau cukup menikmati keindahan Curug 3 Bidadari yang berada di Kampung Jereged. 

Goweser yang penasaran dengan Punggung Naga, tentunya akan melanjutkan perjalanan ke atas. Puncak Jae yang sejatinya adalah jalur offroad untuk para rider motocross, kini dinikmati juga oleh para goweser.

 " Dok.file- Ngoper Pedal "
Jelas bukan perkara mudah, untuk naik keatas Puncak Jae yang single track, kita harus saling mengalah tatkala papasan dengan para rider motocross. Sejak dari Desa Jereged, sepeda akan sulit digowes, mungkin hanya orang orang tertentu saja yang bisa gowes dengan kemiringan tanjakan hampir 40 derajat. Secara umum, goweser akan mengangkat sepeda, dengan susah payah tentunya menapak jalan kecil untuk sampai ke atas bukit. Satu rumah saja ditemukan menjelang Puncak Jae dan Lapangan Bola Desa.

Salah seorang rider motocross dengan terheran, bahkan mengatakan ," Goweser bisa ke atas Puncak Jae digowes itu hebat..dan gila, kita saja yang tinggal ngegas capek banget.."

Pemadangan dari atas saat perjalanan menapaki puncak benar indah dan mempesona, begitu indahnya alam pegunungan sekitar Sukamakmur, sawah yang menguning dan sebagaian sawah yang menghijau serta kelokan kali dan jalan terlihat jelas dari atas.

Menjelang lapangan bola Desa, ditemukan anak anak kecil yang menjadi joki untuk membawakan sepeda para goweser yang sudah angkat tangan. Di lapangan desa, ditemukan satu buah warung yang menyediakan minuman dan makanan ringan buat para rider atau goweser yang kelelahan dan kehabisan minuman.

Setelah lapangan bola desa yang berada di atas bukit, Puncak Jae terlihat jelas dengan jalan yang berliku liku dan menanjak. Biasa dari atas akan ditemukan para rider motocross yang naik melalui jalur lain, dari desa Cibadak.

" Dok.file-Ngoper Pedal"
Saat sampai diatas Puncak Jae, rasa penasaran dan lelahpun akan terbayar lunas, capai dan tertatih tatih dari bawah, tidak akan dirasakan. Rasa bahagia dan gembira, puas saat bisa menikmati Puncak Jae. 

Satu buah warung berada di Puncak Jae, konon adalah warung bang Jae, maka Puncak itu dinamakan Puncak Jae. Jae sendiri adalah kependekan dari nama Zaenal atau Jaelani. ( Penulis tidak sempat detail menanyakan nama lengkapnya ).


Tentunya momen berharga diatas Puncak Jae, adalah memanfaatkan untuk foto. Foto yang menjadi bukti dan identitas bahwa Puncak Jae ( Punggung Naga ) sudah dijamah.

Tak perlu berlama lama, untuk kembali turun bisa menggunakan dua jalur. Jalur sisi utara dan selatan yang sama sama menuju desa Cibadak. Namun sisi utara sedikit curam dibanding sisi selatan.

 

Jalan pulang yang tak kalah serunya adalah jalan menurun campuran makadam dan tanah, dengan kanan kiri sawah. 

Yang jelas Punggung Naga, Desa Jereged, Sukamakmur kini menjadi viral dan legenda para goweser. 

" Goweser kalo belum ke Punggung Naga, belum kerenn..... " kata seorang kawan goweser.

Nah buat goweser yang belum ke Punggung Naga, Puncak Jae, desa Jereged, Sukamakmur, cobain deh, pasti akan merasakan sensasi saat nanjak nanjak.

DAHSYATNYA TANJAKAN PUNCAK SEMPUR KARAWANG, BIKIN NAGIH ( Bag. I )

" File Dok.- Ngoper Pedal "  Mendengar nama Puncak Sempur dikalangan para pesepeda, membuat penasaran dan pingin mencoba untuk dat...