Senin, 08 November 2021

AKHIR DARI SEBUAH PERJALANAN GOWES KE TUMPENG MENOREH

 Tulisan ini adalah akhir dari sebuah cerita perjalanan gowes bersama Mapstrack ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, Kab, Magelang, Jawa Tengah.

" Kota Magelang "

Seandainya cerita ini dibuat rinci, berpuluh bagian pun tak akan ada habisnya, cerita suka dan duka dimulai dari keberangkatan dan kepulangan telah menjadi sebuah cerita yang panjang.

Hari ketiga, Minggu 31 Oktober 2021, adalah hari yang sangat menggembirakan buat kawan kawan yang tergabung di acara gowes bareng Mapstrack. Setelah sehari sebelumnya berjibaku dengan tanjakan dan turunan, kini bisa tertawa riang dan bercanda lepas. Acara bebas dimanfaatkan oleh para goweser untuk berwisata disekitar kota Magelang.

Beberapa menyempatkan gowes ringan berputar kota, sambil menikmati kuliner pagi kota Magelang, seperti Gudeg, Kupat Tahu dan yang tak kalah enaknya adalah Sop Senerek.  

" Magelang adalah kota yang indah, bersih dan nyaman untuk dikunjungi, dengan beragam kuliner yang ada, " papar Ai salah satu peserta yang diungkapkan pada penulis.

" Patung Pahlawan Diponegoro "

Taman kota, alun alun yang memang tampak bersih dengan keunikan tower air peninggalan Belanda, juga tak luput menjadi ajang berswa foto, termasuk juga patung pahlawan Diponegoro yang berada disisi timur alun alun kota Magelang.

Penulis sendiri bersama Om Fauzan, menyempatkan diri ke lokasi wisata Nepal Van Java yang berada di barat kota Magelang, tepatnya di desa Butuh, Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang. Desa terakhir yang juga menjadi pos pendakian ke gunung Sumbing. Keindahan panorama pegunungan dengan rumah warga yang dicat warna warni dengan posisi berundak, telah menjadi obyek wisata yang sangat menarik.

Kuliner dan makanan khas kota Magelang memang selalu menjadi buah tangan para wisatawan lokal, sebut saja Getuk Trio, makanan asli Magelang, yang menjadikan sebutan Magelang ada Kota Getuk.

Makanan dibuat dan diolah dari bahan bahan baku adalah singkong, diolah sedemikian rupa dengan berbagai macam rasa. Selain itu yang tak kalah dan menjadi legenda, adalah Wajik Nyah Week.

Makanan olah dari beras ketan ini menjadi oleh oleh yang wajib bagi pengunjung kota Magelang. Tak lengkap rasanya kalo tidak membawa oleh oleh yang khas dari kota Magelang.

Salah satu target dari Mapstrack adalah mengenalkan kuliner yang ada dikota Magelang. Tak salah, Kris"ONE" yang putra daerah, mengajak rekan rekannya gowes ke Magelang.

Magelang telah menjadi cerita tersendiri buat goweser yang hadir di acara ini, 

Waktu yang singkat tentunya akan membuat rasa penasaran, untuk datang kembali ke Tumpeng Menoreh, termasuk penulis sendiri yang berencana akan gowes dibulan Februari 2022.

Sesuai jadwal, para peserta gowes, harus bersiap kembali ke Jakarta jam satu siang, setelah berwisata disekitat kota, harus segera berkumpul. Tepat jam dua, bus dan seluruh peserta sudah berkumpul dan buspun melaju perlahan meninggalkan kota Magelang.


Dalam perjalanan menuju ke Jakarta, ternyata masih menyisakan kegembiraan para goweser, gelak tawa dan canda terus berlanjut.

Om Ajie, yang juga salah satu senior, membuka acara dalam bus, ringan dan tidak protokoler, meminta kawan kawan yang baru bergabung dengan Mapstrack untuk menceritakan pengalaman gowes bareng bersama Mapstrack.

Banyak cerita diungkapkan oleh kawan kawan saat mulai kenal Mapstrack dan bisa gowes bareng bersama Mapstrack. Seperti cerita Miftah yang seru, lucu dan menegangkan. 

" Miftah peserta cewek bersama tiga rekan yang lain, ikut salah satu rombongan yang kebetulan dari Bandung akan menuju ke Yogya. Arah berbeda, memaksa Miftah dan yang lain diturunkan ditengah jalan. Mereka yang jelas salah arah dan jauh dari tujuan, terpaksa menyetop mobil pick, dan lucunya mobil pick up yang ditumpangi ternyata adalah mobil matrial yang penuh debu semen, mereka terpaksa turun lagi karena mobil kembali ke toko. Terpaksa mencari tumpangan lain, dan menemukan tumpangan, kembali dibuat sedih, sang sopir rupanya malah santai dan ngopi disebuah warung. Miftah dan kawan kawan kembali bersabar duduk di atas pick up. Bersyukur akhirnya bisa kembali bergabung dengan temen temen menuju ke arah kota Magelang ". Sepenggal cerita Miftah yang diceritakan didalam perjalanan pulang.

Bermacam macam cerita diceritakan kawan kawan sepanjang perjalanan menuju Jakarta.

Yang tak kalah heboh dan membuat seluruh goweser yang berada didalam bus tertawa ngakak, terbahaak bahak bahkan membuat terkencing kencing, adalah cerita Nay, yang biasa disapa Mama Nay.

Gelak tawa terbahak bahak itu tiba tiba  muncul dari bus bagian depan, om Aji dan Mama Nay tertawa terpingkal pingkal, sontak membuat goweser yang duduk ditengah dan belakang, bertanya tanya, dan ikut penasaran. 

" Om Coki makan sabun...sabun dikira keju, dimakan sama Om Coki...." ungkap Mama Nay sambil terpingkal pingkal.

Mendengar cerita Mama Nay, kembali satu bus tertawa semua dan terpingkal pingkal.

" Kolbak yang menjadi favorit "
Banyak cerita lucu, baik suka dan duka selama tiga hari sejak perjalanan sampai pulang. seperti saat keberangkatan. Andryani, yang akrab disapa Mpok Yani, saat keberangkatan, sempat terkunci dalam toilet bus. 

Bahkan penulispun mengalami hal yang sama, mungkin lebih memalukan, karena baru pertama kali memakai seli ( sepeda lipat ). Penulis hampir lima belas menit, bolak balik belum bisa membuka lipatan sepeda. Setelah sepeda terbuka, dan mencoba naik, lupa memasang pen kunci stang, dan hampir jatuh karena stang belum terkunci.

Cerita soal bersepeda ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, boleh habis, namun cerita gowes bareng bersama Mapstrack tak akan ada habisnya, Setelah dari Tumpeng Menoreh, Mapstrack akan mengadakan acara yang lebih seru dan menarik.

" Nantikan saja informasi gowes bareng bersama Mapstrack selanjutnya, dan terima kasih atas kesempatan kawan kawan bisa hadir dan bergabung bersama Mapstrack," ucap Kris"ONE" saat menutup acara didalam Bus.

Penulis juga mengucapkan terima kasih buat Om Bowo " WOX" yang telah mengenalkan Mapstrack, sehingga bisa bergabung bersama Mapstrack di acara gowes ini.

" Penulis berada di Nepal Van Java "
Penulis percaya, kawan kawan yang telah bergabung, pasti akan ketagihan dan ingin terus bergabung bersama Mapstrack di acara acara berikutnya.

Jalur jalur yang asik dan menyenangkan walaupun dituntun, didorong dorong, bahkan digotong sepedanya, tapi tetap mengasikan. Mapstrack sendiri, memang hampir 95 % adalah pengguna seli ( sepeda lipat ), namun Mapstrack tidak pernah melarang dan membatasi jenis sepeda lain untuk bergabung. 

Penulis yang awalnya mania sepeda gunung jenis HT, rupanya merasakan asiknya bersepeda seli, bahkan juga menikmati sensasi gowes menggunakan seli.

Namun tetap pada prinsipnya SEPEDA itu BIKE, apapun jenisnya selama cocok dan bisa bersepeda dengan siapapun, kenapa tidak. 

Akhir cerita gowes ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, penulis mengucapkan terima kasih kepada seuanya, yang telah menerima dan menjadi sahahabat gowes. 

Dengan gowes kita akan menemukan sejuta sahabat. ( Selesai )



Minggu, 07 November 2021

CERITA AKHIR GOWES KE TUMPENG MENOREH DAN SUROLOYO

Soal gowes sebenarnya tidak akan pernah berakhir, tapi tulisan kali ini adalah cerita akhir dari perjalanan gowes ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kontur pegunungan yang jelas naik dan turun, maka setiap ada tanjakan, akan ditemukan turunan, bisa dikatakan itu adalah hukum alam, ada naik ada turun.


Senyum dan tawa riang, serta canda rasa bahagia saat mencapai Tumpeng Menoreh, bukanlah akhir sebuah perjalanan. Jalan kembali pulang tentunya juga hampir atau bahkan sama seperti saat berangkat.

Kris"ONE" tidak serta merta saja membuat jalur atau route, jalur yang asik dan indah pun juga disiapkan. Peserta gowes Mapstrack selesai dari Tumpeng Menoreh, menuju ke Suroloyo, Puncak Suroloyo hanya berjarak kurang lebih 5-6 Km, yang tak kalah hebohnya, tanjakannya juga aduhai. 


Beberapa goweser yang sudah lelah terutama cewek, mulai berbisik bisik... " Kolbak...Kolbak..Kolbak aja Yukk."

Kolbak disini yang dimaksud adalah evakuasi menggunakan angkutan bak terbuka, karena umum dipakai jenis kendaraan bermerk Colt dan terbuka, maka acapkali orang menyebut dengan ucapan " KOLBAK ".

" Kolbak,evakuasi "

Kendaraan yang memang jarang melintas, terpaksa hatus dihubungi via telpon dan menjemput beberapa goweser yang sudah kelelahan.

" Gue pokonya udah sampae Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, entah gimana caranya, mau digowes kek, didorong..apa naik kolbak..yang penting bisa ke Tumpeng Menoreh



,"..kelakar Miftah sambil tertawa lepas.


Tak dipungkiri, perjalan berat melewat Desa Ngadiwongso dan Beteng, Ngadiretno, memaksa goweser harus tertatih tatih dan mendorong sepeda, tenaga terkuras habis.


Seremonial telah selesai dilaksanakan diatas Puncak Menoreh, Resto Tumpeng Menoreh milik Erick Sukamti, menjadi titik akhir perjalanan. Setelah berfoto ria, swa foto dan lain lain, serta makan siang, peserta kembali menuju ke bawah, arah Suroloyo.

Derita gowes hari itu belum berakhir, tanjakan tinggi dan panjang masih menghadang sepanjang 5-6 km menuju Suroloyo.

" Panorama dari sisi perbukitan "
Penulis bersama goweser lain, bahkan hampir bisa gowes kurang lebih 30% saja, 70% lebih banyak didorong.

Rupanya perjalanan menuju ke Suroloyo juga tak kalah menyajikan keindahan alamnya, jalan berada di tepi bukit dan jurang menganga, dengan panorama yang indah, awal perjalanan yang kabut dan mendung, saat sore justru cerah, goweser pun bisa menikmati panorama perkampungan dibawah dan hamparan sawah yang menghijau daerah Kalibawang.

Suroloyo yang menjadi tujuan kedua, adalah sebuah Bukit dengan Gardu Pandang yang berada di Puncaknya. Bagi yang ingin menikmati pemandangan bisa naik ke atas dengan anak tangga yang lumayan curam, namun sudah tertata dengan rapi dan ada pegangan tangan. 


Kenikmatan yang didapat, di Suroloyo, justru buka naik ke Gardu Pandang, namun goweser lebih memilih menikmati sajian Kopi Suroloyo, aroma kopi arabica Suroloyo yang terasa khas sekali, terasa nikmat saat diminum.

" Patung Punokawan di Suroloyo "

Di Suroloyo pun, para goweser tidak menyiakan kesempatan langkannya, berfoto ria di beberapa spot yang ada, salah satunya Patung Punokawan, yang menjadi ikon Suroloyo. Tentunya yang tidak bisa dilewatkan adalah ikon Kopi Suroloyo.

Setelah ditujuan kedua, Suroloyo yang sekaligus dijadikan grouping dan pitstop, goweser melanjutkan perjalanan pulang menuju Alun-alun Magelang.

Selepas Suroloyo, hanya ditemukan satu tanjakan saja, menuju Gunung Kendil, Disinilah tak kalah indahnya saat perjalanan mengarah pulang, panorama Borobudur dan sekitar bisa dilihat dari Gunung Kendil. Penulis sempat berswa foto disisi barat Gunung Kendil dengan menghadap ke bawah, menuju hamparan sawah dan perkampungan sekitar Borobudur.

Menjelang magrib, sebagian goweser yang masih dalam perjalanan, justru menemukan keberuntungan, sunset yang selalu menjadi idaman banyak orang untuk dinikmati, akhirnya dapat dinikmati oleh goweser yang pulang belakangan.

Merah merona matahari saat menjelang magrib, dan tenggelam diufuk barat, jelas terlihat dengan indag dari samping Gunung Kendil.

" Sunset dari atas Gunung Kendil "

" Ini yang gue tunggu tunggu akhirnya dapat juga...cari sunset itu nggak gampang apalagi diatas gunung..dari mendung sampai cerah...kita nggak tahu datangnya..." ucap Coki goweser yang berhasil menemukan sunset diatas Gunung Kendil.

Melihat hasil foto goweser dan cerita soal saat sunset di Gunung K

endil, beberapa kawan goweser sempat menyesal, termasuk penulis yang melintas di gunung Kendil menjelang Magrib. Penulis sengaja ingin segera kembali karena kebetulan tidak membawa perlengkapan gowes malam.

Dari Gunung Kendil, goweser akhirnya menerima bonus yang tak terhingga, jalan menurun tiada henti sampai menjelang masuk batas kota Magelang dan Kulon Progo. Batas kota yang ditandai dengan sebuah Patung Kapal Phinisi pun, menjadi ajang yang tak dilewatkan, berswa foto dan fotoriapun seolah olah menjadi wajib.

Malampun tiba,  dan menjadi sebuah keasikan tersendiri saat gowes malam, beberapa goweser melanjutkan perjalanan meliwati jalan raya dengan aspal halus sepanjang Desa Sriwedari menuju arah Boorobudur dan Mendut.

" Gong Besar di PIntu Masuk Menuju Bukit Tidar "
Jalan Utama Borobudur - Magelang menjadi lintasan terakhir menuju tempat finish di alun alun Kota Magelang.

Satu spot masih diituju oleh kawan kawan goweser, yaitu Bukit Tidar, sebuah bukit yang berada di Tengah Kota Magelang, dengan ikon GONG BESAR berada di Pintu masuk menuju ke puncak bukit Tidar.

Kira kira jam delapan malam, semua goweser telah menyelesaikan perjalanan dan finish di KOta Magelang, sebagian kembali ke hotel tempat menginap, sebagian lagi masih ingin bersepeda dan menikmati kuliner malam kota Magelang.(bersambung..)





DAHSYATNYA TANJAKAN PUNCAK SEMPUR KARAWANG, BIKIN NAGIH ( Bag. I )

" File Dok.- Ngoper Pedal "  Mendengar nama Puncak Sempur dikalangan para pesepeda, membuat penasaran dan pingin mencoba untuk dat...