Kamis, 21 Oktober 2021

PUNGGUNG NAGA , TRACK VIRAL DI ATAS PUNCAK JAE, SUKAMAKMUR, KAB. BOGOR

"Dok.file- Ngoper Pedal "
 Istilah Punggung Naga, entah siapa yang mulai, tentunya sulit terjawab, mungkin beberapa orang akan mengklaim, bahwa dirinya lah yang memberikan nama punggung naga. Dilihat dari posisi perbukitan yang ada memang benar pegunungan yang menjulang itu mirip punggung naga.

Jereged, sebuah kampung di wilayah Sukamakmur, Kab, Bogor, Jawa Barat yang terletak kurang lebih 20an Km dari alun alun Jonggol, kini menjadi tujuan para goweser.

" Dok.file - Ngoper Pedal "

Sebuah Bukit menjulang, dengan nama Puncak Jae, menjadi monumental dikalangan goweser, track yang tergolong esktrim dengan tanjakan yang aduhai ( istilah para goweser ). 

Dimulai dari pertigaan jln Sukamakmur, tepatnya sebelah kantor desa Sukamakmur, kita akan menemukan jalan kampung beraspal yang langsung menanjak. Menapak terus menanjak sampai menjelang desa Jereged. Suguhan pemdangan sawah yang indah dan Puncak Pancasona.
Memasuki Desa Jereged suasana asri dan alami akan terasa sekali, ada dua pilihan perjalanan. Bisa lanjut ke atas menuju Puncak Jae ( Punggung Naga ) atau cukup menikmati keindahan Curug 3 Bidadari yang berada di Kampung Jereged. 

Goweser yang penasaran dengan Punggung Naga, tentunya akan melanjutkan perjalanan ke atas. Puncak Jae yang sejatinya adalah jalur offroad untuk para rider motocross, kini dinikmati juga oleh para goweser.

 " Dok.file- Ngoper Pedal "
Jelas bukan perkara mudah, untuk naik keatas Puncak Jae yang single track, kita harus saling mengalah tatkala papasan dengan para rider motocross. Sejak dari Desa Jereged, sepeda akan sulit digowes, mungkin hanya orang orang tertentu saja yang bisa gowes dengan kemiringan tanjakan hampir 40 derajat. Secara umum, goweser akan mengangkat sepeda, dengan susah payah tentunya menapak jalan kecil untuk sampai ke atas bukit. Satu rumah saja ditemukan menjelang Puncak Jae dan Lapangan Bola Desa.

Salah seorang rider motocross dengan terheran, bahkan mengatakan ," Goweser bisa ke atas Puncak Jae digowes itu hebat..dan gila, kita saja yang tinggal ngegas capek banget.."

Pemadangan dari atas saat perjalanan menapaki puncak benar indah dan mempesona, begitu indahnya alam pegunungan sekitar Sukamakmur, sawah yang menguning dan sebagaian sawah yang menghijau serta kelokan kali dan jalan terlihat jelas dari atas.

Menjelang lapangan bola Desa, ditemukan anak anak kecil yang menjadi joki untuk membawakan sepeda para goweser yang sudah angkat tangan. Di lapangan desa, ditemukan satu buah warung yang menyediakan minuman dan makanan ringan buat para rider atau goweser yang kelelahan dan kehabisan minuman.

Setelah lapangan bola desa yang berada di atas bukit, Puncak Jae terlihat jelas dengan jalan yang berliku liku dan menanjak. Biasa dari atas akan ditemukan para rider motocross yang naik melalui jalur lain, dari desa Cibadak.

" Dok.file-Ngoper Pedal"
Saat sampai diatas Puncak Jae, rasa penasaran dan lelahpun akan terbayar lunas, capai dan tertatih tatih dari bawah, tidak akan dirasakan. Rasa bahagia dan gembira, puas saat bisa menikmati Puncak Jae. 

Satu buah warung berada di Puncak Jae, konon adalah warung bang Jae, maka Puncak itu dinamakan Puncak Jae. Jae sendiri adalah kependekan dari nama Zaenal atau Jaelani. ( Penulis tidak sempat detail menanyakan nama lengkapnya ).


Tentunya momen berharga diatas Puncak Jae, adalah memanfaatkan untuk foto. Foto yang menjadi bukti dan identitas bahwa Puncak Jae ( Punggung Naga ) sudah dijamah.

Tak perlu berlama lama, untuk kembali turun bisa menggunakan dua jalur. Jalur sisi utara dan selatan yang sama sama menuju desa Cibadak. Namun sisi utara sedikit curam dibanding sisi selatan.

 

Jalan pulang yang tak kalah serunya adalah jalan menurun campuran makadam dan tanah, dengan kanan kiri sawah. 

Yang jelas Punggung Naga, Desa Jereged, Sukamakmur kini menjadi viral dan legenda para goweser. 

" Goweser kalo belum ke Punggung Naga, belum kerenn..... " kata seorang kawan goweser.

Nah buat goweser yang belum ke Punggung Naga, Puncak Jae, desa Jereged, Sukamakmur, cobain deh, pasti akan merasakan sensasi saat nanjak nanjak.

Minggu, 17 Oktober 2021

PABANGBON JALUR CIAMIK PARA GOWESER BERMENTAL BAJA

 Pabangbon adalah sebuah bukit yang hijau karena hutan pinus, terletak di Kecamatan Leuwiliang, Bogor Barat. Lokasi wisata yang menyajikan keindahan panorama pegunungan. Kurang lebih 65 Km ditempuh dari Jakarta.

Ngoper Pedal, sebuah komunitas sepeda yang hobby bermain di track blusukan, tanjakan dan track track menarik  lainnya, Sabtu 16 Oktober menyambangi Pabangbon.

" Dok.file- Ngoper Pedal "

Tujuh goweser, tiga wanita dan empat pria menjajal dan merasakan pedihnya tanjakan Pabangbon. Bunda Sari,Santi, Aida, Aries, Erick,Ole Said, Imam ( Marshall) dengan semangat menikmati keindahan alam berkumpul di satu titik Kecamatan Leuwiliang.

Tepat jam 08.15 setelah sarapan ala kadarnya, mulailah senyum manis dan mengayuh sepeda menuju arah Pabangbon. Pertigaan arah Karacak, berbelok kekanan menuju Pabangbon. Rupanya rasa kaki dan paha saat gowes menanjak sudah terasa. Sebuah tanjakan dengan panjang kurang lebih 3-4 Km mulailah membuat nafas ngos ngosan. Aida yang masih muda tancap gas, disusul Bunda Sari dan Santi yang juga energik. Om Aries goweser yang paling tua 60+ terlihat masih tertawa dan tersenyum, disusul Om Ole, saya  yang juga marshall tetap dengan gaya lamanya, dengan sedikit ngos ngosan mendampingi Om erick yang kaget melihat tanjakan. Om erick yang jarang main tanjakan, terlihat agak gamang. Sayapun memaksa Om Erick untuk berhenti. 

" Dok.file- Ngoper Pedal "

Tanjakan yang kurang lebih berjumlah 10-12 menuju Pabangbon memang sangat ekstrim, goweser2 amatir dan profesional, sering menjadikan Pabangbon sebagai ajang latihan.

Gowes fun menjadi mottto yang disepakati saat akan gowes, hasilnya ya ketawa ketiwi, bercanda dan banyak ngaso setiap habis nanjak. Tanjakan panjang pertama sudah dilalui. Tujuh goweser pun langsung rehat bareng. Dari Kec. Leuwiliang sampai Bukit Pabangbon tercatat jarak kurang lebih 10 KM.

" Dok.file- Ngoper Pedal "

Kami bertujuh baru menempuh 4 Km, setelah rehat perjalananpun dilanjutkan, Bukit Bintang yang berada sebelum Bukit Pabangbon  akhir dilalui. Kesempatan langkapun selalu dimanfaatkan untuk mengabadikan gambar.

" Kalo nggak sekarang kapan lagi, ini kan belum tentu besok gowes lagi kemari " ucap Bunda Sari.

" Dok.file- Ngoper Pedal "

Senada dengan Aida, yang juga baru sekali main tanjakan, momen foto tidak mungkin dilewatkan. Hampir semua berfoto ria di Bukit Bintang.

Selepas bukit Bintang, bonus turunan menjadi hiburan kawan kawan,  turunan panjang arah Pabangbon, dilalui dengan tertawa riang. Namun rupanya hukum alam tetap ada, " selama ada turunan pasti ada tanjakan."

Jalan turun dari Bukit Bintang hanya sepanjang 1 km, selebihnya adalah tanjakan tanjakan lumayan dan sedikit rooling saja menuju Bukit Pabangbon. Rasa bahagia terpancar diwajah kawan kawan, saat melihat tulisan " Welcome to Pabangbon ".

Tulisan Welcome to Pabangbon, hanyalah penghibur diri, tiga tanjakan sadis menghadang depan mata. Tetap dengan semangat senyum dan tawa, kami bertujuh mulai lahi tertatih tatih dan termehek mehek menuju Bukit Pabangbon.

Saat bertujuh menanjak ke atas Bukit, tidak disangka, para pengunjung justru riuh rendah bersorak memberikan semangat. 

" Dok.file - Ngoper Pedal "

" Ayo teruss gowess..jangan kasih kendor..kalian keren loo..naik sepeda sampae kesini, " teriak salah satu pengunjung.

Tidak dipungkiri, karena tanjakan begitu panjang dan tinggi, terpaksa harus MTB, mari tutun bersama. untuk ambil nafas. Dengan susah payah penuh cucuran keringat, akhirnya Bukit Pabangbon pun berhasil kita lalui. Ritual wajib, foto dan selfi menjadi menu yang tidak boleh ditinggalkan. Foto bersama, sambil bersenda gurau tertawa dan geli selepas menikmati beberapa tanjakan. 

Petualangan gowes dilanjutkan ke Curug Love, Bantar Karet Kec.Nanggung.

Setelah Istirahat kurang lebih 15 menit di Pabangbon, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Curug Love. Curug Love di Bantar Karet, Kec. Nanggung, adalah sebuah lokasi wisata yang cukup unik, yang saat ini juga viral di media sosial.

"Dok.file- Ngoper Pedal "

Perjalanan ke Curug Love, ternyata tidak kalah seru. Setelah jalan menurun dari Bukit Pabangbon, kami dihadang sebuah tanjakan panjang berkelok menuju arah bukit. Kembali kami bertujuh terseok seok dan akhirnya kamipun MTB ( Mari Tuntun Bersama ). Tanjakan tinggi dan panjang kira kira 1.5 km, menuju desa Bantar Karet.

Tanpa perlu malu dan rasa gengsi, demi keamanan dan resiko, sepeda kami dorong bersama sama. Menanjak dan mendorong rupanya juga menguras tenaga, menjelang masuk desa Bantar Karet, kamipun istirahat disebuah warung, untuk melepas lelah dan dahaga. 

" Gile ini tanjakan..rasanya udah kayak ngap ngapan, tapi nagih sihh  " kata Om Ole. Kawan yang lainpun terawa terbahak bahak mendengar ucapan itu.

Jujur saja, sayapun masih penasaran dan pingin lagi ke Pabangbon. Next remedial, dengan persiapan yang lebih matang.

Hampir empat jam dengan jarak tempuh 12 Km, kita lalui, artinya satu jam kita hanya jalan 3 km. Bagi kami bukan cepat atau lembat, tujuan kami hanya bersepeda dan menikmati alam. Kami tidak pernah menatang alam, karena alam adalah sahabat kami.

" Dok.file- Ngoper Pedal "

Panorama desa Bantar Karet, dengan keindahan alam sekeliling, saat padi menguning terlihat indah dari kejauhan. Desa Bantar Karet yang berada di Kec. Nanggung, menjadi tujuan kedua.

Istirahat kurang lebih 15 menit, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Curug Love. Satu tanjakan di Bantar Karet, kita libas, karena tidak terlalu tinggi, selebihnya adalah jalan turunan tajam sampai ke jalan raya Pongkor, jalan menuju ke Tambang emas Antam di Pongkor.

Kurang lebih 3 km, sampailah kami di Curug Love. 

Sepeda kami parkir di loket yang sekaligus tempat penitipan sepeda. Dilanjutkan jalan kaki ke atas persawahan menuju Curug Love sejauh kurang lebih 100 m.

Diluar dugaan, hari Sabtu, yang biasanya pengunjung banyak, rupanya hari itu benar benar sepi pengunjung, hanya satu keluarga saja. Kami beruntung sekali bisa menikmati keindahan Curug Love dengan air nya yang jernih dengan bebas. Karena sepi hanya kami bertujuh, kesempatan langka ini dimanfaatkan kawan kawan untuk nyebur bareng. 

" Dok.file- Ngoper Pedal "

Keceriaan dan kegembiraan selepas termehek mehek di Bukit Pabangbon dan tanjakan Bantar Karet, diluapkan dengan mandi di Curug Love. Saya dan Om Erick yang dari awal niat mandi di Curug Love, tanpa basa basi langsung terjun ke bawah menggunakan tambang. 

Curug LOve memang unik, Curug atau air terjun biasanya dari atas bukit. namun ini jutsru dari air memgalir ditempat dataran menuju kebawah, membentuk sebuah lubang yang mirip istilah lambang cinta " LOVE " 

Aliran air kali dari atas  bukit, yang mengalir ke bawah dan menggerus batu padas, ternyata menghasilkan sebuah keindahan alam tersendiri. Gerusan air, mungkin berpuluh puluh tahun menciptakan cekungan yang membentuk lambang cinta " Love", sehingga oleh warga aliran sungai dengan air terjunnya dinamakan " Curug Love " .

Hampir satu jam berada di Curug Love, kamipun melanjutkan perjalanan pulang.

" Dok.file- Ngoper Pedal "

Jalur kepulangan kami, tidak sama dengan jalur berangkat, sengaja saya arahkan jalur pulang melewati jl Pongkor menuju ke Leuwisadeng. Kecamatan yang juga masih diwilayah Bogor Barat, dengan jalan lebih datar tidak banyak tanjakan. Tercatat hanya ada 4 tanjakan namun tidak tinggi, sehingga saat kawan kawan pulang tidak terlalu kehabisan tenaga.

Rasa lelah dan letih perjalanan dari Pabangbon ke Curug Love, membuat rasa lapar makin menggelayut, makanan ringan yang disantap saat rehat di Curug Love, rupanya belum cukup mengganjal perut. Kamipun memutuskan mencatri tempat makan.

Tidak mau repot dan berlama lama, kamipun makan siang disebuah warung jl. Pongkor Antam. Selesai makan siang, perjalanan pulang dilanjutkan. Melewati Kec. Nanggung, kampung Babakan Liud, Sadeng dan Hambaro, Leuwisadeng dan finish kembali di Kecamatan Leuwiliang.

Total tercatat dalam strava jarak tempuh, start dari Kec. Leuwiliang, dengan jalan melingkar sejauh 39 Km.

Alhamdulillah, petualangan menapak dan menjajal tanjakan Pabangbong dan Bantar Karet, bisa kami lalui dengan selamat. Rasa bahagia dan senyum kawan kawan saat finish terlihat ceria.

Ikuti terus kisah kisah petualangan dan perjalanan gowes bareng bersama Ngoper Pedal, " Nggowes Hepi dan Assikk..."


DAHSYATNYA TANJAKAN PUNCAK SEMPUR KARAWANG, BIKIN NAGIH ( Bag. I )

" File Dok.- Ngoper Pedal "  Mendengar nama Puncak Sempur dikalangan para pesepeda, membuat penasaran dan pingin mencoba untuk dat...