Minggu, 07 November 2021

CERITA AKHIR GOWES KE TUMPENG MENOREH DAN SUROLOYO

Soal gowes sebenarnya tidak akan pernah berakhir, tapi tulisan kali ini adalah cerita akhir dari perjalanan gowes ke Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kontur pegunungan yang jelas naik dan turun, maka setiap ada tanjakan, akan ditemukan turunan, bisa dikatakan itu adalah hukum alam, ada naik ada turun.


Senyum dan tawa riang, serta canda rasa bahagia saat mencapai Tumpeng Menoreh, bukanlah akhir sebuah perjalanan. Jalan kembali pulang tentunya juga hampir atau bahkan sama seperti saat berangkat.

Kris"ONE" tidak serta merta saja membuat jalur atau route, jalur yang asik dan indah pun juga disiapkan. Peserta gowes Mapstrack selesai dari Tumpeng Menoreh, menuju ke Suroloyo, Puncak Suroloyo hanya berjarak kurang lebih 5-6 Km, yang tak kalah hebohnya, tanjakannya juga aduhai. 


Beberapa goweser yang sudah lelah terutama cewek, mulai berbisik bisik... " Kolbak...Kolbak..Kolbak aja Yukk."

Kolbak disini yang dimaksud adalah evakuasi menggunakan angkutan bak terbuka, karena umum dipakai jenis kendaraan bermerk Colt dan terbuka, maka acapkali orang menyebut dengan ucapan " KOLBAK ".

" Kolbak,evakuasi "

Kendaraan yang memang jarang melintas, terpaksa hatus dihubungi via telpon dan menjemput beberapa goweser yang sudah kelelahan.

" Gue pokonya udah sampae Tumpeng Menoreh dan Suroloyo, entah gimana caranya, mau digowes kek, didorong..apa naik kolbak..yang penting bisa ke Tumpeng Menoreh



,"..kelakar Miftah sambil tertawa lepas.


Tak dipungkiri, perjalan berat melewat Desa Ngadiwongso dan Beteng, Ngadiretno, memaksa goweser harus tertatih tatih dan mendorong sepeda, tenaga terkuras habis.


Seremonial telah selesai dilaksanakan diatas Puncak Menoreh, Resto Tumpeng Menoreh milik Erick Sukamti, menjadi titik akhir perjalanan. Setelah berfoto ria, swa foto dan lain lain, serta makan siang, peserta kembali menuju ke bawah, arah Suroloyo.

Derita gowes hari itu belum berakhir, tanjakan tinggi dan panjang masih menghadang sepanjang 5-6 km menuju Suroloyo.

" Panorama dari sisi perbukitan "
Penulis bersama goweser lain, bahkan hampir bisa gowes kurang lebih 30% saja, 70% lebih banyak didorong.

Rupanya perjalanan menuju ke Suroloyo juga tak kalah menyajikan keindahan alamnya, jalan berada di tepi bukit dan jurang menganga, dengan panorama yang indah, awal perjalanan yang kabut dan mendung, saat sore justru cerah, goweser pun bisa menikmati panorama perkampungan dibawah dan hamparan sawah yang menghijau daerah Kalibawang.

Suroloyo yang menjadi tujuan kedua, adalah sebuah Bukit dengan Gardu Pandang yang berada di Puncaknya. Bagi yang ingin menikmati pemandangan bisa naik ke atas dengan anak tangga yang lumayan curam, namun sudah tertata dengan rapi dan ada pegangan tangan. 


Kenikmatan yang didapat, di Suroloyo, justru buka naik ke Gardu Pandang, namun goweser lebih memilih menikmati sajian Kopi Suroloyo, aroma kopi arabica Suroloyo yang terasa khas sekali, terasa nikmat saat diminum.

" Patung Punokawan di Suroloyo "

Di Suroloyo pun, para goweser tidak menyiakan kesempatan langkannya, berfoto ria di beberapa spot yang ada, salah satunya Patung Punokawan, yang menjadi ikon Suroloyo. Tentunya yang tidak bisa dilewatkan adalah ikon Kopi Suroloyo.

Setelah ditujuan kedua, Suroloyo yang sekaligus dijadikan grouping dan pitstop, goweser melanjutkan perjalanan pulang menuju Alun-alun Magelang.

Selepas Suroloyo, hanya ditemukan satu tanjakan saja, menuju Gunung Kendil, Disinilah tak kalah indahnya saat perjalanan mengarah pulang, panorama Borobudur dan sekitar bisa dilihat dari Gunung Kendil. Penulis sempat berswa foto disisi barat Gunung Kendil dengan menghadap ke bawah, menuju hamparan sawah dan perkampungan sekitar Borobudur.

Menjelang magrib, sebagian goweser yang masih dalam perjalanan, justru menemukan keberuntungan, sunset yang selalu menjadi idaman banyak orang untuk dinikmati, akhirnya dapat dinikmati oleh goweser yang pulang belakangan.

Merah merona matahari saat menjelang magrib, dan tenggelam diufuk barat, jelas terlihat dengan indag dari samping Gunung Kendil.

" Sunset dari atas Gunung Kendil "

" Ini yang gue tunggu tunggu akhirnya dapat juga...cari sunset itu nggak gampang apalagi diatas gunung..dari mendung sampai cerah...kita nggak tahu datangnya..." ucap Coki goweser yang berhasil menemukan sunset diatas Gunung Kendil.

Melihat hasil foto goweser dan cerita soal saat sunset di Gunung K

endil, beberapa kawan goweser sempat menyesal, termasuk penulis yang melintas di gunung Kendil menjelang Magrib. Penulis sengaja ingin segera kembali karena kebetulan tidak membawa perlengkapan gowes malam.

Dari Gunung Kendil, goweser akhirnya menerima bonus yang tak terhingga, jalan menurun tiada henti sampai menjelang masuk batas kota Magelang dan Kulon Progo. Batas kota yang ditandai dengan sebuah Patung Kapal Phinisi pun, menjadi ajang yang tak dilewatkan, berswa foto dan fotoriapun seolah olah menjadi wajib.

Malampun tiba,  dan menjadi sebuah keasikan tersendiri saat gowes malam, beberapa goweser melanjutkan perjalanan meliwati jalan raya dengan aspal halus sepanjang Desa Sriwedari menuju arah Boorobudur dan Mendut.

" Gong Besar di PIntu Masuk Menuju Bukit Tidar "
Jalan Utama Borobudur - Magelang menjadi lintasan terakhir menuju tempat finish di alun alun Kota Magelang.

Satu spot masih diituju oleh kawan kawan goweser, yaitu Bukit Tidar, sebuah bukit yang berada di Tengah Kota Magelang, dengan ikon GONG BESAR berada di Pintu masuk menuju ke puncak bukit Tidar.

Kira kira jam delapan malam, semua goweser telah menyelesaikan perjalanan dan finish di KOta Magelang, sebagian kembali ke hotel tempat menginap, sebagian lagi masih ingin bersepeda dan menikmati kuliner malam kota Magelang.(bersambung..)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAHSYATNYA TANJAKAN PUNCAK SEMPUR KARAWANG, BIKIN NAGIH ( Bag. I )

" File Dok.- Ngoper Pedal "  Mendengar nama Puncak Sempur dikalangan para pesepeda, membuat penasaran dan pingin mencoba untuk dat...