Senin, 28 Februari 2022

VIRAL DI MEDSOS JEMBATAN "PELANGI" RAWAYAN RANCABUNGUR, BOGOR

" Dok.-file Ngoper Pedal"
 Jembatan "Pelangi" Rawayan, Rancabungur di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor kini viral. Membentang sepanjang hampir 125 M diatas kali Cisedane, jembatan Rawayan telah menjadi ikon baru Kecamatan Rancabungur, yang otomatis menggantikan jembatan Rancabungur.

Jembatan gantung ini menghubungkan wilayah  desa Ranca Bungur kecamatan Rancabungur dengan desa Ciarunten Ilir kecamatan Cibungbulang kabupaten Bogor.

Wisata baru bagi sebagian masyarakat sekitar, dan khususnya para goweser atau pesepada yang hobby dengan tempat tempat baru pun tak ketinggalan hadir dan mengunjungi jembatan Rawayan.



 
" Dok.-file Ngoper Pedal"

Diresmikan pada bulan Desember 2021 jemebatan Pelangi Rawayan kini menjadi daya tarik tersendiri, dengan panorama Kali Cisedane dan ketinggian jembatan yang cukup lumayan, tentunya akan membuat para pengunjung merasakan sensasi berjalan diatas Jembatan gantung Rawayan.

Hampir beberapa goweser di Jabodetabek, memunculkan di media sosial, baik facebook, instagram, maupun media yang lain.

Penulis yang juga sebagai goweser, rupanya ikut penasaran juga. Sabtu 26 Februari 2022, bersama 8 rekan goweser, penulis menyambangi jembatan Rawayan.

" Dok, -file Ngoper Pedal "
Berangkat dari kawasan Ciganjur, tepatnya di kolong Tol Brigif, menggunakan 2 unit kendaraan, rombongan berangkat menuju titik start di Telaga Kahuripan. Titik start yang kami anggap ideal, untuk jarak tempuh 30-32 Km dengan tujuan 3 jembatan gantung, jembatan gantung Rancabungur ( sebagian menyebut jembatan Syahrini ), jembatan gantung Cibanteng, dan Jembatan Gantung Rawayan.

Tepat jam 07.30 , sesuai rencana, dari titik start di Indomaret Telaga Kahuripan, kami berangkat. Diawali dengan pembacaan doa yang dipimpin Pak Zulkifli, kita  memohon keselamatan selama aktifitas gowes.

Perjalanan menyusuri perumahan Telaga Kahuripan, menuju arah Inagro dan masuk ke perkebunan sawit Kalijati, di desa Cibeuteung. Rimbunnya pohon kelapa sawit yang dilewati membuat kawan goweser merasa asik dan nyaman, Momen penting yang tidak dilewatkan adalah mengabadikan keindahan alam desa Kalijati, yang masih ditemukan area persawahan,

" Dok.-file Ngoper Pedal"

Selepas desa Kalijati, penulis dan rombongan memasuki desa Candali, dan keluar menuju jalan Miing, Rancabungur. Menyusuri  jalan Miing, menuju arah Ciampea, akhirnya sampai di Jembatan "Pelangi" Rawayan.

Namun diluar dugaan, ternyata jembatan ditutup, dengan segala cara penulis  berusahan merayu penjaga jembatan., namun tidak dikabulkan. Menurut informasi, jembatan sedang distirilkan, karena akan ada kunjungan salah satu pejabat dari Pemkab. Bogor.

Tak perlu berlama lama, penulis dan rombongan, bergerak dan menggunakan plan B, menuju jembatan gantung Rancabungur. Entah siapa yang memulai, jembatan Rancabungur ini oleh sebagian kawan kawan goweser disebut jembatan Syahrini. Jarak dari jembatan Rawayan ke jembatan Rancabungur, kurang lebih 3-4 km. 


Jembatan gantung Rancabungur juga tidak kalah bagusnya untuk dijadikan spot foto, jembatan yang juga membentang diats kali Cisedane, dengan panjang kurang lebih 100 M.

Gowes yang memang tujuannya untuk menikmati keindahan alam, sekaligus mengabadikan momen langka, langsung dimanfaatkan oleh kawan kawan. Pak Willis dan Pak Aris tanpa sungkan asik menggunakan kesempatan ini.

"Kapan lagi kalo nggak sekarang, besok juga mungkin nggak kesini lagi, kita pindah jalur " ucap Pak Aris sambil asik berfoto ria.

"Dok-file Ngoper Pedal"
Selepas jembatan, perjalanan dilanjutkan menuju ke jembatan Cibanteng Ciampea ( Jembatan Gantung Lama Ciampea ).

Rupanya selepas jembatan gantung Rancabungur, jalan naik dengan kemiringan 30 derajat. Kesempatan berfoto kembali dimanfaatkan.Ada beberapa kawan yang ogah jalan nanjak, terpaksa harus mendorong sepeda ke atas, termasuk penulis yang memang tidak mau beresiko, ikut dorong sepeda juga.

Keluar dari jembatan Rancabungur, melewati perkampungan Cibanteng, rombongan bisa menikmati indahnya kebon singkong diatas perbukitan Cibanteng, untuk menuju jembatan gantung Cibanteng. 

Kali ini selepas perkebunan singkong, jalan mulai menurun menuju ke arah jembatang gantung Cibanteng.

Jembatan gantung Cibanteng, Kec. Ciampea pun kita temukan, kembali kesempatan berfoto ria juga tidak dilewatkan. Jembatan yang memang masih dipakai, namun kelihatannya tidak dirawat, bahkan saat melintas menuju ke arah pasar Ciampea, kanan kiri jalan penuh sampah.

Disini kembali kawan kawan menemukan tanjakan yang lumayan berat hampir sepanjang 200 meter dari jembatan.Setelah keluar jembatan dan menyusuri perkampungan dibelakang pasar, rombongan gowesr menuju ke arak Ciareteun. Tujuan terakkhir adalah situs Batu Tulis Ciareteun.

" Dok.-File Ngoper Pedal "

Kurang lebih 4-5 Km kamipun tiba di di Situs Batu Tulis Ciareteun.

Situs Batu Tulis Ciareteun adalah batu besar dengan berat delapan ton itu nampak kokoh sekali bernaung dibawah cungkup. Sepasang "pandatala" (tapak kaki) nampak tercetak jelas pada bagian atasnya dihiasi dengan sederet prasati berhuruf Palawa dan berbahasa Sangsekerta. Konon tapak kaki tersebut adalah bekas tapak kaki Maharaja Purnawarman yang memimpin dan menguasai kerajaan Tarumanegara.

Diluar dugaan penulis, ternyata jembatan "Pelangi " Rawayan berada

" Dok.-file Ngoper Pedal"

satu jalur dengan Situs Batu Tulis. Dan lebih kaget lagi, di Ciareteun justru tidak ditutup, pengunjung boleh melintas separuh jembatan. 

Kesempatan berharga yang tidak dilewatkan begitu saja, tujuan utama kita adalah jembatan Rawayan. 

Kawan kawanpun langsung masukke arah jembatan yang juga ada beberapa pengunjung yang sudag datang terlebih dahulu. Secara bergantian, penulis dan rombongan langsung berswa foto dan mengambil gambar gambar di jembatan.

Sesuai rencana, target gowes hari sabtu selesai jam 11.30 dan harus kembalai ke titik start.

Perjalanan pulang tidak sejalur dengan saat berangkat, penulis dan rombongan mengambil jalur lewat desa Cidokom an rencana menyebrang Kali Cisedane menggunakan rakit bambu.

" Dok. - File Ngoper Pedal"

Saat perjalanan arah pulang, hujan deras turun, terpaksa rombongan berhenti dan menyelamatkan barang berharga dengan cara membungkus dengan plastik. Beberapa saat langsung dilanjutkan karena hujan hanya sebentar. Melewati perkebunan karet Cidokom, kemudian menuju kampung Cisentul dimana penyebrangan menggunakan rakit masih ada.

Cerita gowes hari Sabtu, tanggal 26 Februari 2022 makin lengkap, saat menikmati sensasi naik rakit bambu.

Beberapa kawan bahkan nampak tegang saat berada diatas rakit yang melintas diatas Kali Cisedane.

Cerita gowes sepedaan dapat diikuti terus di https://ngoperpedal.blogspot.com 

 



1 komentar:

DAHSYATNYA TANJAKAN PUNCAK SEMPUR KARAWANG, BIKIN NAGIH ( Bag. I )

" File Dok.- Ngoper Pedal "  Mendengar nama Puncak Sempur dikalangan para pesepeda, membuat penasaran dan pingin mencoba untuk dat...